Masa kecil selalu
memberikan ceritanya. Pernahkah mengingat masa itu? Pasti pernah karena masa
itu adalah masa yang paling jujur, masa yang paling tanpa beban, masa yang paling
berbahagia yang tidak banyak mengenal resiko dan pertimbangan. Satu cerita dari
banyak cerita masa kecil adalah mengejar layang-layang. Ketika mengejar layang-layang
yang putus tanpa sadar kita tidak melihat kiri-kanan dengan fokus, namun hanya
fokus melihat layang-layang yang putus. Subhaanalloh tidak terbayang betapa beraninya
saat itu mengejar layang-layang meskipun jauh, harganya hanya 200 rupiah, panas-panasan,
belum pasti dapat, tidak tahu saingan di depan sana setinggi apa atau segesit
apa, namun tetap bekerja keras lari sekencang mungkin untuk sampai pada posisi layang-layang
jatuh, setelah dapat senar/benangnya/layang-layangnya kita langsung berteriak
beunang! (red: “dapat” dalam bahasa sunda khas Bogor yang agak kasar), kemudian
semua yang mengejar diam dan tidak protes, betapa fair play nya mereka saat itu. Tahukah apa yang dirasakan ketika
mendapatkan layang-layang itu? Subhaanalloh rasa yang luar biasa bahagianya,
sekalipun harganya hanya 200 rupiah, namun bahagianya seperti mendapatkan hal
yang besar, alhamdulillaah. Itulah yang namanya kebahagiaan yang tidak
tergantung pada besar kecilnya materi namun pada prosesnya yang luar biasa
jujur, luar biasa berani, luar biasa ikhlas, luar biasa fair play, luar biasa bersih, kita semua merindukan masa itu,
semoga Alloh mengampuni dosa dan kesalahan kita di masa dewasa dan menjadikan
kembali karakter kita seperti masa-masa kecil kita yang jujur, yang tangguh,
yang berani, yang fokus dan ikhlas saat tidak mendapatkan layang-layang itu.
Pertanyaannya sekarang mampukah
di masa dewasa seberani itu? Tentu tidak sepenuhnya, karena segalanya butuh
pertimbangan, bukan tanpa pertimbangan yang cukup seperti mengejar layang-layang
yang hanya membutuhkan pertimbangan jauh atau tidaknya layang-layang itu akan jatuh.
Namun hal yang sangat inspiratif dalam cerita masa kecil itu adalah proses yang luar biasa menghasilkan
kebahagiaan yang luar biasa.
Jadi teringat ketika
mengikuti perkuliahan di Bandung ada satu mata kuliah yaitu inovasi pendidikan,
dalam mata kuliah tersebut belajar mengenai buku yang temanya membuat tujuan
intruksional atau tujuan pembelajaran, Bukunya begitu tebal dan tujuan utama buku
itu satu yaitu membuat tujuan pembelajaran. Betapa prosesnya sangat panjang
untuk membuat satu tujuan tersebut. Tahu kenapa saya menceritakan mata kuliah
ini? Ternyata perkuliahan ini memposisikan tujuan itu sangat penting, dipikir-pikir
benar juga yah tanpa tujuan kita tidak bisa melakukan sesuatu yang jelas, hanya
sekumpulan aktivitas yang berserakan. Namun jika memiliki tujuan, kita akan
berjuang keras dengan sederhana dan terarah sampai pada tujuan itu. Apa
hubungannya dengan mengejar layang-layang? Coba rasakan apa yang pertama kita
cari tahu saat mau mengejar layang-layang? Tentu layang-layang yang putus. Ketika
mengejar layang-layang sebenarnya kita telah menentukan tujuannya yaitu layang-layang
tersebut, bahkan tak menghiraukan layang-layang yang putus di sebelahnya. setelah
itu kita berlari sekuat tenaga, lompat, dan sampai sekalipun yang mendapatkan
layang-layang itu adalah orang lain kita tidak terlalu merasa rugi, itulah
masa-masa hebat kita, masa anak-anak.
Sekarang kita sudah
dewasa, banyak hal terjadi, banyak kegiatan, banyak kepentingan, banyak
aktivitas, banyak pertimbangan, namun satu yang tak boleh hilang, adalah
fokuskan tujuan, dalam kalimat lain milikilah cita-cita insyaAlloh itu lebih
baik. Belajar dari pengalaman orang lain dan diri sendiri itu baik, belajar tak
henti itu sangat baik, belajar dari siapapun itu pun baik, semoga kita tidak
lupa dengan karakter-karakter baik ketika masih anak-anak dalam mengejar
cita-cita :D dan semoga Alloh selalu membimbing kita yang lemah ini Aamiin.
#Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar