Process Skills

Oleh:
R. AHMAD ZAKY EL ISLAMI, S.Pd
ILA ZAKHIYA AMALINA, S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA SEKOLAH LANJUTAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012

BAB I PENDAHULUAN

     Pendidikan merupakan hal penting bagi kemajuan suatu bangsa. Suatu bangsa dikatakan maju apabila sumber daya manusianya tinggi. Dengan sumber daya manusia yang tinggi maka suatu bangsa dapat mengembangkan berbagai potensi alam maupun teknologi. Pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia yang baik dan tangguh. Oleh karena itu perlu perhatian yang cukup besar dari berbagai elemen bangsa untuk kemajuan pendidikan nasional. Pendidikan memerlukan berbagai perbaikan dari berbagai aspek. Hal ini harus dilakukan secara berkesinambungan, karena pendidikan bersifat dinamis tidak statis sesuai dengan perkembangan jaman (El Islami, 2010).
      Perkembangan ilmu pengetahuan sains saat ini menunjukkan bahwa ilmu sains memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Berkembangnya ilmu pengetahuan yang sangat pesat membuat para guru tidak mungkin lagi untuk mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa, sehingga penyelenggara pendidikan harus menjamin terjadinya kesesuaian dengan kebutuhan manusia di masa depan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membekali siswa dalam belajar berdasarkan kemampuan berpikirnya.
       Dalam proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian pengalaman langsung, lebih mengutamakan bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung, guna mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan keterampilan psoses sains. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang harus dimiliki siswa sebagai modal dasar memahami ilmu sains dan pembentukan sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini penting untuk menjaga kemurnian pengetahuan dan kesinambungan dalam perkembangannya. Oleh karena itu, keterampilan proses sains dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran, dan pengembangan keterampilan proses sains pada siswa harus terus dilakukan melalui evaluasi dan penilaian yang berkesinambungan. Maka, dalam makalah ini akan dibahas lebih rinci mengenai pendekatan proses dan keterampilan proses sains (KPS), jenis-jenis KPS, indikator dan kriteria pemberian skor, cara menyusun butir soal KPS, serta diberikan contoh butir soal KPS .

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendekatan Proses

     Proses merupakan urutan beberapa kegiatan atau suatu set kegiatan yang memerlukan sumber daya untuk mengubah masukan menjadi bentuk keluaran yang sesuai dengan yang diinginkan atau direncanakan. Dengan demikian penggunaan suatu sistem di dalam instansi atau badan usaha harus diidentifikasikan dan ditetapkan interaksinya antara satu tahap dengan tahap lainnya yang kemudian tahapan proses tersebut harus dikelola dengan pendekatan proses (Gapensi, 2007). Dengan demikian, pendekatan proses merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mengubah suatu tujuan menjadi sebuah hasil yang diinginkan. Pendekatan ini seringkali digunakan dalam bidang ekonomi, hukum, pendidikan, dan lain sebagainya.
    Dalam bidang pendidikan, pendekatan proses didefinisikan sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dalam menghayati proses penemuan atau penemuan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
     Pendekatan proses dalam pembelajaran menekankan kepada proses belajar yang didasari oleh konsep “Naturalisme Romantik” dan “Teori Kognitif Gestalt (Sagala, 2005).
     Teori naturalisme berpangkal dari psikologi “Naturalisme Romantik” dengan tokoh utamanya Jean Jacques Rousseu. Jean Jacques Rousseu berasumsi bahwa setiap individu tidak hanya memiliki potensi atau kemampuan, akan tetapi juga memiliki kemauan dan kemampuan untuk belajar dan berkembang sendiri.
     Teori belajar kognitif bermuara pada perkembangan kognitif anak atau teori perkembangan mental Piaget. Teori ini seringkali disebut dengan teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar ini berkaitan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual memiliki ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.
     Menurut Piaget, pengetahuan diperoleh tidak secara pasif oleh seseorang melainkan melalui tindakan seseorang. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaaan keseimbangan. Sedangkan teori belajar Gestalt pertama-tama meneliti tentang pengamatan dan problem solving, serta menghendaki agar siswa belajar tidak hanya sekedar hapalan.
    Dengan mengembangkan keterampilan dalam proses pemerolehan pengetahuan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang menjadi tuntutan. Dengan demikian keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Seluruh tindakan dalam proses belajar mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Inilah sebenarnya yang dinamakan pendekatan proses dalam pembelajaran (Semiawan dkk, 1987).

Gambar 1

        Menurut Sriyanto (2007), Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses mengalami. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri. Untuk menjadikan peristiwa belajar sebagai proses mengalami, tentu harus dipikirkan cara atau metode yang sesuai. Pola pengajaran yang selama ini dilakukan, di mana guru dan siswa atau siswa dengan siswa lain saling berjarak, harus ditinggalkan. Pola pengajaran yang lebih interaktif, yang melibatkan peran serta lebih besar dari siswa harus mulai dikembangkan. Meskipun bukan hal yang mudah untuk mendapatkan materi pelajaran sebagai suatu pengalaman bagi siswa, namun bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Dibutuhkan kesabaran, kerendahan hati, keberanian, dan kesetiaan untuk menjalani proses ini. Kedua, proses menemukan. Setelah mengalami secara personal, peserta didik diharapkan dapat menemukan sendiri, baik konsep, prinsip maupun nilai-nilai dari materi yang telah dipelajarinya. Dengan menemukan sendiri, pemahaman siswa tentang materi pelajaran pun lebih utuh dan akan bertahan lebih lama dibandingkan jika siswa menghafalkan materi tersebut. Proses menemukan ini juga akan memberikan satu kebanggaan sekaligus rangsangan untuk kembali berproses dan menemukan yang lebih banyak lagi.

B. Pendekatan Keterampilan Proses Sains

     Menurut Rustaman (2007), keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.
    Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan hasilnya (Fatmawati, 2009). Dimyati dan Mudjiono (2002) memuat ulasan pendekatan keterampilan proses yang diambil dari pendapat Funk sebagai berikut: (1) Pendekatan keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; (2) Pembelajaran melalui keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; (3) Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan Keterampilan Proses sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan.
    Dengan penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.

C. Jenis-jenis Keterampilan Proses

      Menurut Wetzel (dalam Mahmuddin, 2010), keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.
1. Keterampilan proses dasar
Menurut Rezba dan Wetzel (dalam Mahmuddin, 2010), keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:
a. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.
b. Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek
c. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran.
d. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan.
e. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan.
f. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.
       Menurut Rezba (dalam Mahmuddin, 2010), keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.
    Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih banyak menggunakan keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan komunikasi, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampilan proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi.

2. Keterampilan Proses Terpadu
Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih membentuk keterampilan proses terpadu. Menurut Weztel (dalam Mahmuddin, 2010), keterampilan proses terpadu meliputi:
a. Merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan.
b. Mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan.
c. Membuat definisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati.
d. Percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data
e. Interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.
Keterampian proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan keterampilan proses sains yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.
Para ahli pendidikan sains membagi aspek keterampilan proses sains secara berbeda-beda namun hampir sama satu sama lain, seperti yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1 Perbandingan Jenis Keterampilan Proses Sains No Nama Jenis Keterampilan Proses Sains
a.Wynne Harlen (dalam Indrawati, 1999)
Observing, hypothesing, predicting, investigating, interpreting finding and drawing conclusions, communicating.
b.Peter C. Gega (dalam Indrawati, 1999)
Observasi, klasifikasi, pengukuran, mengkomunikasikan, interpretasi dan melakukan eksperiman.
c.Conny Semiawan (1987)
Observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang atau waktu, membuat hipotesa, merencanakan penelitian, menerapkan konsep, berkomunikasi, penyimpulan.
d.Nuryani Rustaman (2007)
Melakukan pengamatan, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip, mengajukan pertanyaan.
e.Funk (dalam Indrawati, 1999)
Observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi dan membuat kesimpulan.

D. Indikator dan Kriteria Pemberian Skor

1. Indikator
Dibawah ini terdapat sub-sub keterampilan proses dengan indikatornya menurut Rustaman (2007), yaitu:
Indikator Keterampilan Proses Sains
a.Mengamati/ Observasi
- Menggunakan sebanyak mungkin indera
- Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang relevan
b.Mengelom-pokkan/ klasifikasi
- Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
- Mencatat perbedaan dan kesamaan
- Mengontraskan ciri-ciri
- Membandingkan
- Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan
- Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
c.Menafsirkan/ Interpretasi
- Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
- Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan
- Menyimpulkan
d.Meramalkan/prediksi
- Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
- Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati
e.Mengajukan Pertanyaan
- Bertanya apa, bagaimana dan mengapa
- Bertanya untuk meminta penjelasan
- Mengajukan pertanyaan yang berlatarbelakang hipotesis
f.Berhipotesis
- Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian
-Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah
g.Merencana-kan Penelitian /Percobaan
- Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan
- Menentukan variabel/ faktor penentu
- Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dan dicatat
- Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja
h.Menggunakan Alat/Bahan
- Memakai alat/bahan
- Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan
- Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan
i.Menerapkan Konsep
- Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
- Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi
j.Berkomunikasi
- Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik, tabel, atau diagram.
- Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis
- Menjelaskan hasil percobaan dan penelitian
- Membaca grafik, tabel, atau diagram
- Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau peristiwa

2. Kriteria Pemberian Skor
        Seperti butir soal pada umumnya, butir soal KPS harus diberi skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu, misalnya setiap 1 soal observasi memiliki bobot skornya 5. Untuk respon yang lebih kompleks, dapat diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Misalnya pertanyaan hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan meminta penjelasan diberi skor 1.

E. Cara Menyusun Butir Soal KPS

Ada dua karakteristik butir soal KPS yaitu karakteristik umum dan karakteristik khusus.

1. Karakteristik Umum
a. Tidak boleh dibebani konsep, konsep yang terlibat harus tidak asing bagi siswa (dekat dengan kehidupan sehari-hari)
b. Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah oleh siswa; dapat berupa gambar, diagram, grafik, tabel atau uraian atau objek aslinya.
c. Aspek yang diukur harus jelas dan hanya mengandung satu jenis aspek saja.
d. Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek.

2. Karakteristik Khusus

a.Observasi
Objek/peristiwa yang sesungguhnya
b.Klasifikasi
Harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokkan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus dibentuk.
c.Menafsirkan/ Interpretasi
Harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola
d.Prediksi
Harus jelas pola atau kecenderungan untuk mengajukan dugaan atau ramalan
e.Mengajukan Pertanyaan
Harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak biasa atau kontradiktif agar siswa termotivasi untuk bertanya
f.Berhipotesis
Dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pertanyaan yang ada dan mengandung hunbungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja
g. Merencanakan percobaan/ penyelidikan
Harus memberikan kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/ bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan variabel, mengendalikan variabel
h.Menerapkan konsep/prinsip
Harus memuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya
i.Berkomunikasi
Harus ada bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik
Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Widodo (dalam Mahmuddin, 2010), penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.
2. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.
3. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan)
4. Membuat kisi-kisi instrumen.
5. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes)
6. Melakukan validasi instrumen.
7. Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris.
8. Perbaikan butir-butir yang belum valid.
9. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.
    Pada langkah-langkah penyusunan instrumen di atas, pencarian validitas dan reabilitas empiris terutama dilakukan untuk penilaian keterampilan proses sains yang beresiko tinggi. Penilaian yang beresiko tinggi yang dimaksud adalah penilaian dalam penelitian, penilaian dalam skala besar atau penilaian untuk tujuan tertentu.
     Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes (paper and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Menurut Bajah (Mahmuddin, 2010), penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains.

F. Contoh Soal KPS

Ada Di makalah

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dalam makalah, maka dapat disimpulkan:
1. Pendekatan proses adalah suatu pendekatan dalam pengajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dalam menghayati proses penemuan atau penemuan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
2. Dengan penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa, mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.
3. Keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integrated skill). Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi sedangkan keterampilan proses terintegrasi, yaitu: merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, membuat defenisi operasional, percobaan, dan interpretasi data.
4. Pelaksanaan pengukuran keterampilan proses siswa dapat dilakukan secara tes dan bukan tes. Penilaian melalui tes dilakukan dalam bentuk tes tertulis sedangkan penilaian bukan tes dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains.
B. Saran
Pada pembelajaran kimia di kelas, diharapkan guru dapat menggunakan pendekatan proses sains untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa, yaitu melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir dan sikap ilmiah siswa, dan tidak hanya berorientasi pada hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Fatmawati, Umi. (2009). Pembelajaran Ketrampilan Proses, Inquiry dan Discovery Learning [Online]. Tersedia: http://umifatmawati.blog.uns.ac.id/2009/07/17/8/ [16 Februari 2012]
Gapensi. (2007). Pendekatan Proses (Process Approach) [Online]. Tersedia: http://www.gapensi.org/modules/artikel.php?ID_Artikel=58&ID_Kategori_Artikel=5 [16 Februari 2012]
Indrawati. (1999). Keterampilan Proses Sains. Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.
El Islami, R. Ahmad Zaky. (2010). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD terhadap Hasil Belajat Kimia Siswa pada Konsep Sistem Koloid. Skripsi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan
Mahmuddin. (2010). Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains [Online]. Tersedia: http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/komponen-penilaian-keterampilan-proses-sains/ [16 Februari 2012]
_______________. Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains [Online].
http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/pelaksanaan-penilaian-keterampilan-proses-sains/ [16 Februari 2012]
Rustaman, Nuryani. (2007). Keterampilan Proses Sains. Bandung : SPS UPI.
Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Semiawan, Conny, A.F. Tangyong, S. Belen, Yalaelawati M., Wahjudi S. (1987). Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Sriyanto. (2002). Pendekatan Proses dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. [online]. Tersedia: (http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907) [28 Februari 2012]

Tidak ada komentar: