Memandang Teori Atom dari Kacamata Filsafat dan Implementasinya dalam Pembelajaran di Kelas

TEORI ATOM

Oleh:

Monica Primasari, S.Pd
R. Ahmad Zaky El Islami, S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA SEKOLAH LANJUTAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2011
TEORI ATOM
A. Materi Teori Atom Ditinjau dari Aspek Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi

1. Memandang Teori Atom dari aspek Ontologi

Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan kategori-kategori seperti: ada atau menjadi, aktualitas atau potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan waktu, perubahan, dan sebagainya (Suhartono, 2008). Aspek ontologi menekankan pada hakikat Teori Atom yang menyangkut keberadaan dan eksistensinya dalam khazanah keilmuan. Teori Atom lahir secara filosofis dari pemikiran para filsuf Yunani. Pertanyaan yang mendasari lahirnya Teori Atom adalah, “Apakah yang membentuk suatu benda?”. Ini merupakan pertanyaan fundamental dalam filsafat alam. Suatu benda terdiri atas bagian-bagian tertentu yang lebih kecil dan lebih kecil lagi. Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah ada suatu saat dimana bagian tersebut tidak dapat dibagi lagi menjadi sesuatu yang lebih kecil?
Democritus dari Abdera (460 – 370 SM) menamakan bagian tertentu tersebut “atom”, yang berasal dari bahasa Yunani “a-tomos” yang artinya “tidak bisa dipotong”. Atom, menurut Democritus adalah bagaikan blok-blok kecil yang sangat kecil hingga tak terlihat lagi, yang tidak bisa dibagi lagi dan bersifat abadi. Paham mengenai atom (atomisme) merupakan teori filosofis dan ilmiah yang menyatakan bahwa kenyataan dibentuk oleh bagian-bagian elementer yang tak dapat dibagi yang disebut atom.
Teori atom diawali oleh John Dalton (1766 – 1844) yang mengemukakan suatu hipotesa berdasarkan pada hukum kekekalan massa (Lavoisier) dan hukum perbandingan tetap (Proust). Teori yang diusulkan Dalton adalah sebagai berikut:
a. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi.
b. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur-unsur yang berbeda.
c. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri dari atom-atom Hidrogen dan Oksigen.
d. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal.

Teori atom Dalton tidak dapat menerangkan suatu larutan dapat menghantarkan arus listrik. Bagaimana mungkin suatu bola pejal dapat menghantarkan listrik, padahal listrik adalah elektron yang bergerak. Berarti ada partikel lain yang menyebabkan terjadinya daya hantar listrik.
J.J Thomson menjawab kelemahan teori atom Dalton ini dengan mengusulkan model atom seperti roti kismis, suatu bola pejal yang permukaannya dikelilingi elektron dan partikel lain yang bermuatan positif sehingga atom bersifat netral. Kelemahan model atom Thomson ini adalah tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.

Rutherford mengemukakan sebuah hipotesis untuk melengkapi model atom Thomson, yaitu atom tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilinginya. Inti atom bermuatan positif dan massa atom terpusat pada inti atom. Hipotesis ini juga memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.

Kelemahan teori Rutherford diperbaiki oleh Niels Bohr yang mengemukakan sebuah hipotesis yang berbunyi:
a. Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif di dalam suatu lintasan.
b. Elektron dapat berpindah dari suatu lintasan ke lintasan yang lain dengan menyerap atau memancarkan energi, sehingga energi elektron pada atom itu tidak akan berkurang.

Kelemahan teori atom Bohr adalah tidak dapat menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron banyak sehingga diperlukan model atom yang lebih sempurna.
Pada tahun 1926, Erwin Schrodinger mengembangkan model atom mekanika kuantum. Sebelumnya, seorang ahli dari Jerman, Werner Heissenberg mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu, “tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu pada inti atom”.
Ciri khas model atom mekanika kuantum antara lain:
1. Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital.
2. Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya.
3. Posisi elektron sejauh 0,259 A dari inti H menurut Bohr bukanlah sesuatu yang pasti, tetapi boleh jadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron pada jarak itu.
Kelemahan model atom modern adalah bahwa persamaa gelombang Schrodinger hanya dapat diterapkan secara eksak untuk atom berelektron tunggal.

Pada tahun 1964, seorang ahli fisika dari Amerika Serikat Murray Gell-Mann mengemukakan bahwa proton dan neutron terdiri atas bagian yang lebih kecil lagi yang dinamakan quark. Pengertian bahwa quark adalah bagian terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi suatu saat mungkin saja akan ditumbangkan oleh teori yang baru, dan sejarah mungkin akan terulang kembali.
Pada hakikatnya, teori atom dapat disimpulkan sebagai materi yang bersifat abstrak yang keberadaannya masih bersifat hipotesis.

2. Memandang Teori Atom dari Aspek Epistemologi

Memandang Teori Atom dari aspek Epistemologi berarti memandang Teori Atom dari cara pemerolehan pengetahuan mengenai Atom. Democritus mencoba menumbuk beberapa material dengan mortar dan alu hingga menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang ia sebut sebagai atom. Semua benda tersusun atas bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi lagi, atau atom, yang secara kualitatif mirip antara satu dengan yang lainnya dalam hal ukuran, bentuk, posisi, dan massanya. Atom menurut Democritus, terpisah oleh suatu kekosongan antara satu atom dengan atom yang lain. Kekosongan ini menyebabkan atom-atom mampu bergerak (ini boleh jadi pelopor teori kinetika).
Apakah yang sebenarnya dimaksud Democritus dengan “tidak dapat dibagi?”. Jawaban dari pertanyaan ini adalah salah satu dari dua interpretasi berikut:
a. Tidak mungkin secara fisika untuk membagi suatu atom.
b. Tidak mungkin secara logis dan konseptual untuk membagi suatu atom.
Perbedaan dari kedua pandangan ini adalah: pada (a), sebuah atom masih mungkin mempunyai bagian yang lebih kecil, sedangkan pada (b) tidak ada artinya untuk berbicara tentang “bagian” dari suatu atom, karena hal itu tidak ada sama sekali. Kalau seseorang bermaksud membagi atom menjadi bagian-bagiannya, dia akan mendapatkan bahwa ketidakmapuannya bukan teknologi, tapi konseptual. Democritus berpendapat bahwa atom bukan hanya sangat kecil, tetapi merupakan partikel yang terkecil, bukan hanya terlalu kecil untuk dibagi secara fisis tetapi juga tidak bisa dibagi secara logis.
John Dalton mendasari hipotesanya mengenai atom berdasarkan hukum Kekekalan Massa (Lavoisier) dan Hukum Perbandingan Tetap (Proust).
J.J.Thomson melakukan sebuah eksperimen menggunakan tabung sinar katoda. Hasil eksperimennya menyatakan ada partikel bermuatan negatif dalam atom yang disebut elektron. Thomson menemukan bahwa atom terkadang dapat menolak partikel lebih kecil yang bermuatan negatif, yang ia sebut sebagai elektron. Dari hasil pecobaan inilah Thomson mengusulkan model atom Plum Pudding Model atau model atom Roti Kismis.

Rutherford melakukan percobaan lain untuk menjawab kelemahan yang dimiliki model atom Thomson. Percobaannya adalah dengan menembakkan inti Helium (partikel alpha) ke suatu lapisan emas tipis yang tebalnya hanya beberapa atom. Dia menemukan bahwa meskipun sebagian besar sinar helium tersebut diteruskan, dan sebagian lagi di pantulkan.

Dari hasil percobaannya, Rutherford berpikir bahwa pastilah terdapat suatu struktur padat yang sangat kecil yang memantulkan partikel sinar Alpha, yang dinamakannya inti. Ia juga berpikir bahwa inti ini memiliki massa yang sangat besar namun ukurannya kecil. Banyaknya berkas sinar yang diteruskan membuat Rutherford yakin bahwa sebagian besar atom adalah ruang hampa.
Perkembangan teori atom terus berlanjut menyusul ditemukannya neutron oleh James Chadwick. Selanjutnya, Niels Bohr menemukan adanya tingkatan energi dalam atom yang kemudian menjadi awal lahirnya teori dan model atom mekanika kuantum.

3. Memandang Teori Atom dari Aspek Aksiologi

Aksiologi adalah cabang filsafat yang membahas teori tentang nilai, mencakup nilai-nilai sebagai dasar normatif dalam penggunaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan telah banyak memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Namun, apakah ilmu selalu memberi manfaat bagi manusia? Kenyataannya, ilmu pun bisa memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Sebagai contohnya adalah ilmu tentang nuklir, kita telah melihat manfaatnya dalam pengembangan pembangkit listrik yang dikenal dengan sebutan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir). Namun, jika kita melihat kembali kejadian yang baru-baru ini melanda Jepang. Bagaimana Tsunami mengakibatkan kerusakan parah pada reaktor nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima. Kerusakan ini menimbulkan dampak lanjutan yaitu adanya radiasi nuklir ke daerah sekitar lokasi PLTN tersebut. Ini adalah salah satu bukti bahwa ilmu pengetahuan bisa merugikan bahkan membahayakan hidup manusia.
Bukti lainnya adalah ketika Einstein menemukan teori relativitasnya yang terkenal, yaitu E = mc2, dimana dunia mulai mengetahui bahwa massa dapat berubah menjadi energi. Penemuan ini membuka lebar mata manusia pada kenyataan benda yang sangat kecil seperti atom dapat dijadikan sumber energi yang dapat menyokong kelangsungan hidup manusia. Namun disisi lain, ada pihak yang memanfaatkan penemuan Einstein ini untuk kepentingan perang mengakibatkan hancurnya kehidupan di dua kota besar di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki. Hancurnya kedua kota tersebut bukanlah satu-satunya dampak akibat penemuan ilmu tersebut, selama berpuluh tahun setelah pengeboman itu terjadi, penduduk disekitar daerah yang hancur harus menjalani pengobatan untuk menetralkan radiasi nuklir dalam tubuh mereka.
Kedua fenomena di atas menunjukkan betapa penemuan suatu ilmu pengetahuan dapat diibaratkan dengan dua sisi koin, dapat memberi manfaat dan kerugian bagi manusia. Jika melihat secara seksama, kerugian dari nuklir yang dijelaskan di atas bisa merupakan kerugian yang tidak disengaja (bencana alam; human error) dan bisa pula merupakan kerugian yang sudah direncanakan. Maka dari itu, kajian aksiologi terhadap suatu ilmu perlu dilakukan. Bagaimana pemanfaatan dan penggunaan ilmu pengetahuan tersebut berdasarkan nilai-nilai normatif, seperti etika dan estetika.
Akrom (2011) mengemukakan bahwa menurut kajian aksiologi, hubungan antara limu, teknologi, dan moral haruslah:
a. Ilmu pengetahuan harus difungsikan memberikan kemudahan bagi manusia. Sebagai contoh dalam teori atom, bagaimana unsur radiaktif dalam bidang industri perminyakan digunakan sebagai pencacah dalam pipa, dalam bidang medis radioaktif dapat digunakan untuk rontgen, dan masih banyak lagi yang lainnya.
b. Ilmu pengetahuan jangan sampai mempersulit.
Sebagai contoh dalam teori atom, bagaimana teori atom ini tidak sampai membuat kita menjadi sulit dalam memahami fenomena-fenomena dalam reaksi kimia. Dengan memahami teori atom, maka kita akan bisa mengetahui bagaimana proses terbentuknya ikatan dalam reaksi kimia.
c. Ilmu pengetahuan harus mendukung tujuan hidup manusia, jangan untuk sekedar hedonisme (kesenangan belaka)
Sebagai contoh dalam teori atom, banyaknya pemanfaatan atom yang digunakan dalam kehidupan baik dalam medis maupun industri, dapat mendukung kelangsungan hidup manusia.
d. Pendidikan keilmuan tidak boleh semata-mata menghasilkan ilmuan terampil saja, tetapi juga harus menghasilkan ilmuan yang bermoral tinggi.
Dengan belajar teori atom, manusia akan semakin yakin akan keberadaan Sang Pencipta. Karena dengan belajar teori atom, akan semakin menunjukkan keterbatasan manusia dalam melihat obyek atom itu sendiri walaupun dapat dirasakan manfaat dan keberadaannya. Sehingga manusia harus sudah sepantasnya menjadi ilmuwan yang bermoral tinggi.
e. Ilmu pengetahuan harus kita jaga, jangan disalah artikan.
Sebagai contohnya llmu teori atom mengenai nuklir jangan sampai disalah artikan untuk melakukan hal-hal yang akan merugikan atau berdampak negatif pada manusia, seperti tragedi Hirosima dan Nagasaki. Dan ilmu ini haru dijaga untuk kelangsungan hidup manusia yang lebih baik.

B. Pembelajaran Materi Teori Atom

1. Problema Pembelajaran Materi Teori Atom

Materi Teori Atom diberikan di kelas X sekolah menengah atas semester pertama. Hal ini menyiratkan bahwa siswa yang akan diajar adalah siswa yang baru saja lulus dari sekolah menengah pertama yang umumnya masih berada pada level berpikir konkret. Problema pembelajaran Materi Teori Atom berawal dari aspek ontologi teori atom itu sendiri yang bersifat abstrak dan non-observable. Kenyataan ini mengakibatkan siswa yang masih dalam tahap berpikir konkret tersebut kesulitan dalam memahami konsep Teori Atom secara menyeluruh.
Di samping itu, Teori Atom itu sendiri masih bersifat hipotesis, sehingga mungkin saja banyak dari siswa yang tidak benar-benar meyakini keberadaan atom. Kebanyakan siswa menerima pembelajaran Teori Atom seperti mereka mempelajari sejarah, atau sesuatu yang sudah ada dan harus mereka terima sebagaimana adanya. Siswa tidak dilibatkan dalam proses berpikir bagaimana atom tersebut ditemukan. Sehingga, bagi siswa materi Teori Atom adalah materi yang mengandung banyak konsep yang harus mereka hafalkan untuk lulus dalam ujian atau mendapat nilai yang bagus. Hal ini kemudian berujung pada sulitnya siswa melihat betapa pentingnya konsep tentang atom dalam pembelajaran Kimia selanjutnya di SMA.

2. Paradigma Pembelajaran Materi Teori Atom

Selama ini paradigma yang digunakan di sekolah pada pembelajaran Teori Atom adalah teacher-centered, dimana guru mendominasi proses transfer pengetahuan dengan berperan sebagai sumber informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Hal ini menimbulkan asumsi dikalangan siswa bahwa untuk mempelajari teori atom mereka hanya perlu menyiapkan kapasitas memori yang cukup besar untuk menyimpan semua konsep-konsep yang dijelaskan oleh guru di kelas. Konsep, yang pada akhir pembelajaran akan diujikan dalam bentuk tes dan hasil tes tersebut dijadikan tolak ukur untuk mengukur sejauh mana mereka telah memahami konsep Teori Atom. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah hasil tes tersebut benar-benar menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep?
Proses pemahaman terjadi dalam dua tahap, yaitu proses penerimaan informasi melalui reseptor sensorik dan proses pengolahan informasi tersebut dalam working memory (Matlin: 2009). Proses penerimaan informasi melibatkan organ-organ sensorik manusia seperti mata dan telinga. Informasi ini kemudian diteruskan dan diproses dalam working memory. Di dalam working memory siswa mencoba mengaitkan informasi yang baru diterimanya dengan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam long-term memory untuk mengkonstruksi suatu pemahaman. Jika siswa tidak menghubungkan informasi baru tersebut dengan pengetahuan sebelumnya, maka informasi tersebut akan “singgah sesaat” saja dalam working memory, dan akan hilang dalam hitungan 30 detik jika tidak dilakukan pengulangan terhadap informasi tersebut. Ketika ini terjadi, dapat disimpulkan bahwa pemahaman tersebut belum diperoleh siswa.
Paradigma pembelajaran apakah yang sebaiknya digunakan untuk materi Teori Atom? Mengingat karakteristik materi ini yang bersifat abstrak dan merupakan hal yang baru bagi siswa, maka paradigma pembelajaran yang baik adalah paradigma yang mampu melibatkan siswa dalam proses berpikir mengenai konsep Atom. Salah satu paradigma pembelajaran yang dapat digunakan adalah paradigma pembelajaran student-centered.
Paradigma student-centered diturunkan dari pandangan ahli konstruktivis terhadap pembelajaran. Kain dalam Liu et al., (2008) mengemukakan bahwa dalam pendekatan student-centered, proses konstruksi pengetahuan itu berlangsung melalui keterlibatan siswa dalam berbagai aktivitas. Siswa berusaha membangun pengetahuannya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui sebelumnya berdasarkan keterlibatan mereka dalam aktivitas pembelajaran. Jika dibandingkan, dalam paradigma pembelajaran teacher-centered proses pembelajaran bergantung pada penyampaian informasi dari guru, dan tujuan akhirnya bukanlah pemahaman siswa melainkan ketuntasan beban materi yang harus diberikan. Paradigma ini pernah digunakan di Indonesia selama beberapa dekade. Namun, seiring perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia, dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma dari teacher-centered menuju student-centered.
Tujuan pendidikan nasional yang dimuat dalam kurikulum yang saat ini diberlakukan di Indonesia adalah untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru. Dari pernyataan ini terlihat bahwa tujuan pendidikan bukanlah sekedar ketuntasan materi ajar semata, tetapi mencakup pengetahuan dan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan itu sendiri. Implikasi dari tujuan ini adalah guru harus berupaya merancang suatu pembelajaran yang dapat mengakomodasi pengembangan kemampuan siswa dan membangun pengetahuan sendiri.

3. Desain Pembelajaran dan Desain Penelitian Materi Teori Atom

a. Desain Pembelajaran

Rancangan pembelajaran yang dapat digunakan sebagai bentuk upaya guru adalah rancangan pembelajaran dengan model STAD (Student Team Achievement Division) dengan menggunakan macomedia flash. Penerapan model pembelajaran di kelas nantinya akan berbasis paradigma pembelajaran student-centered dengan menggunakan animasi mengenai model-model atom. Adapun penjelasan mengenai model pembelajaran STAD dengan menggunakan macromedia flash akan dijelaskan selanjutnya.
STAD merupakan model pembelajaran yang paling baik bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin 2009 : 143). Menurut Slavin STAD terdiri atas lima komponen utama; presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. Secara rinci pembahasannya sebagai berikut (Slavin 2009 : 143-146):
1) Presentasi Kelas dengan menggunakan makromedia flash
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di kelas dengan menggunakan makromedia flash. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa adalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memperhatikan selama dalam presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis individu, dan skor kuis individu mereka akan menentukan skor tim mereka.
2) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas yang dipilih secara heterogen. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kerja yang telah disediakan oleh guru sebelumnya atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
Tim adalah hal yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota kelompok melakukan yang terbaik untuk kelompok, dan kelompok pun harus melakukan yang terbaik untuk tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan bagi kinerja akademik dalam pembelajaran, dan itu untuk memberikan perhatian dan saling menghargai satu sama agar meningkatkan hubungan antarkelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.
3) Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu satu sama lain dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.
4) Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih rajin dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha maksimal bagi kelompoknya. Tiap siswa diberikan skor “awal” yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
5) Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata tim mencapai kriteria tertentu. Skor kelompok siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

b. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah untuk melihat pengaruh penerapan model pembelajaran STAD ini adalah non-equivalent control group design. Pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2009 : 116)
Tabel 1. Desain Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Keterangan:
O1 = Tes Awal O2 = Tes akhir
X1 = Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran STAD dengan menggunakan media macromedia flash.
X2 = Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran STAD dengan menggunakan metode ceramah.

BIBLIOGRAFI
Akrom, Mohammad. (2011). Aksiologi Ilmu. [online]. Tersedia:http://warungtulis.blogspot.com/2011/02/aksiologi_ilmu.html#!/2011/02/aksiologi-ilmu.html [21 November 2011]

Anom. (2011). Aksiologi Pengetahuan. [online]. Tersedia:www.geocities.ws/m_win.../04_AKSIOLOGI_PENGETAHUAN.pdf [21 November 2011]

Dwitama, Yadie. (2011). Perkembangan Teori Atom. [online]. Tersedia:http://www.slideshare.net/yadiedwitama/10-perkembangan-teori-atom [19 November 2011]

Huba., and Freed. (2000). Comparison of Teacher-centered versus Learner-centered Paradigm. [online]. Tersedia:http://www.assessment.uconn.edu/.../TeacherCenteredVsLearnerCentered/pdf [22 November 2011]
Liu, Rong., Qiau, Xiaomei., Liu, Yingliang. (2011). A Paradigma Shift of Learner-centered Teaching Style: Reality or Illusion. Dalam Arizona Working Paper in SLAT . [online],Vol 13, 15 halaman.
Tersedia:http://www.coh.arizona.edu/AWP/AWP13%5Bliu%5D.pdf

Slavin, Robert E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Diterjemahkan oleh Marianto Samosir. Jakarta : Indeks

Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung : Alfabeta.

Suhartono, Suparlan. (2008). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Arus Media
Susanti, Vika. (2011). Bahan Ajar Kuliah. [online]. Tersedia:http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Vika%20Susanti/mekanika%20kuantum.html [19 November 2011]

Tidak ada komentar: