Fenomena di Masa Saat Ini Mengenai Kesuksesan dan Orang Tua


Entah tulisan ini merupakan tulisan yang memiliki makna baik atau tidak, sesuai dengan keadaan umum atau tidak, namun penulis merasa bahwa fenomena ini harus dituliskan. Karena dalam perasaan penulis, banyak yang akan mengalami hal ini.
Penulis bekerja sebagai seorang Dosen di sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Kota Serang dan baru saja lulus dalam Latihan Dasar (Latsar) CPNS beberapa hari lalu yakni pada 13 September 2017. Pada 13 September 2017 penulis diumumkan lulus dalam Latsar bersama 38 peserta latsar lainnya dari berbagai Institusi seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjajaran (UNPAD), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA). Hal ini sangat menggembirakan, karena untuk menjadi PNS seorang CPNS harus lulus Latsar dan Tes kesehatan, sedangkan pada hari itu diumumkan lulus latsar. Sebagai CPNS yang telah melewati latsar selama kurang lebih 5 bulan, tentunya banyak sekali ilmu dan inspirasi yang diperoleh saat latsar, termasuk saat kita menghadapi keadaan saat orang tua sakit ketika kita sedang bertugas pun ada dalam latsar tersebut, meskipun film dengan tokoh utama Budi mengenai keadaan tersebut tidak sesuai dengan hati nurani penulis, yaitu Budi memilih bekerja disaat Ibunya sakit, dan pada akhirnya ibunya meninggal dunia. Mungkin sengaja dalam latsar diputarkan film tersebut agar kita siap menghadapi keadaan tersebut yang akan terjadi dalam keseharian kita saat bertugas sebagai PNS atau istilah sekarang disebut sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
Cerita ini dimulai saat penulis pulang dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) pada 13 September 2017. Esoknya penulis harus mulai bertugas kembali pada 14 September 2017. Tiba-tiba dipagi hari penulis dikabari bahwa Bapak sakit menggigil pada sekitar pukul 02.00 mencari-cari rumah sakit untuk tindakan pertama, dan sudah beberapa RS penuh akhirnya diterima di RSUD Cibinong dan mendapat kamar inap di kelas 3 dengan bantuan tetangga rumah dan saudara, setelah tahu Bapak sudah masuk kamar inap, penulis masih tetap khawatir dengan keadaan Bapak, dan ingin langsung pulang, sementara pada hari itu penulis harus mengantarkan mahasiswa praktikan ke pihak sekolah untuk menjalani proses PPLK sebuah program magang selama kurang lebih 2 bulan 1 minggu di Sekolah walaupun hati sedang sedih ingin pulang, sambil terus menanyakan keadaan Bapak. Pada hari kamis 14 September 2017 penulis masih tetap berada di kampus untuk menjalani tugas dari pagi hingga sore hari sebagai kewajiban seorang ASN sambil terus menanyakan keadaan Bapak dan sangat ingin pulang, sekalipun Ibu dan Bapak selalu menjawab tidak usah pulang, namun penulis tahu tidak ada orang tua yang ingin mengganggu aktivitas anaknya, namun anaknya harus mengerti bahwa sebetulnya mereka sangat membutuhkan kita di sampingnya. Pada sore hari masih pada hari yang sama, kamis 14 September 2017 penulis berada di ruang Jurusan dan saat itu rekan-rekan penulis sedang berdiskusi siapa yang akan mendampingi mahasiswa jurusan saat kegiatan mahasiswa di hari Jum’at sore hingga Minggu siang, dan ketua jurusan pun meminta penulis untuk dapat mendampingi mahasiswa, saat itulah penulis menginformasikan bahwa Bapak penulis masuk rumah sakit tadi pagi dan penulis memohon maaf tidak bisa mendampingi mahasiswa karena akan pulang pada besok hari Jum’at 15 September 2017 dan kemungkinan bisa hadir hanya menutup kegiatan pada hari Minggu, akhirnya Ketua Jurusan memaklumi hal tersebut. Esoknya di hari jum’at penulis masuk bekerja dari pagi hari untuk mengajar, dan Ketua Jurusan meminta penulis  untuk segera pulang ke rumah karena kalo terlalu sore bisa macet, dan alhamduliillah penulis beserta istri dan bayi serta adik istri yang menjaga bayi pulang sekitar pukul 15.30 setelah semua perlengkapan siap dan setelah sholat ashar. Adik istri diantar sampai ke tempat pemberhentian angkutan kota (angkot) untuk pulang ke Tangerang, sementara kami bertiga langsung ke RSUD Cibinong. Alhamdulillah sekitar pukul 20.00 kami sampai di lokasi, dan kamar sudah pindah ke kelas satu dengan bantuan saudara yang mengurusnya. Namun bayi kami tidak boleh masuk ke RS, dan akhirnya saya dan istri saja yang masuk setelah adik kandung penulis memegang bayi kami di luar. Saat itulah penulis mulai ikut menjaga Bapak, dalam hati dan pikiran penulis siapa yang akan mengantarkan Bapak saat ingin ke kamar mandi dalam keadaan di infus seperti anak laki-lakinya ini. Ibu pun sedang sakit batuk sehingga tidak mungkin sekuat anak laki-lakinya ini sambil dalam hati sedih dengan keadaan Bapak yang sakit, apalagi adik perempuan pertama sedang hamil 9 bulan menunggu waktu lahirnya, dan adik bungsu masih belum cukup dewasa dalam mengambil keputusan saat pihak rumah sakit bertanya, meskipin demikian adik bungsu tetap ikut dapat menjaga namun tidak akan bisa sesigap anak laki-lakinya ini. Bapak sakit Diabetes dengan gula 570 pada hari pertama ke rumah sakit kamis 14 September 2017, dan kemudian pada hari Jum’at turun menjadi 510, sabtu menjadi 500, dan akhirnya diberi insulin pada hari minggu menjadi 207, senin 224, dan selasa 245 kemudian kami pulang dan terakhir rabu sore di cek sebesar 217. Sungguh kehadiran anak laki-lakinya ini sangat dibuthkan oleh Bapak dan Ibu, saat Bapak sakit, Ibu pun sakit dan Ibu harus sendiri ke RS untuk cek dahak pada hari senin, selasa, dan rabu. Hari ini pun penulis dan kedua adik perempuan masih menjaga Bapak untuk proses pemulihan dan Alhamdulillah mulai membaik walaupun kadang sedikit lupa dan lelah yang kemudian harus kontrol pada hari selasa depan 26 September 2017.
Alhamdulillah Ketua Jurusan yang baik mengizinkan penulis untuk merawat Bapak, penulis pun tidak bisa hadir menutup kegiatan mahasiswa pada hari minggu 17 September 2017 dan digantikan oleh dosen yang lain, senin-rabu tanggal 18-20 September 2017 pun tidak masuk karena izin, insyaAlloh hari Jum’at sudah kembali mengajar kembali, karena rabu sore 20 September 2017 insyaAlloh bertukar menjaga dengan suami dari adik, semoga mereka selalu bahagia, dan kamisnya 21 September 2017 libur tanggal merah. Ketua jurusan tidak mengizinkan cuti meskipun penulis minta cuti, namun lebih memilih memberikan izin untuk menjaga Bapak. Pada hari minggu istri menggantikan penulis mengajar di salah satu PTN di Kota Tangerang, pada hari senin dosen senior yang satu tim dengan penulis mengantikan penulis mengajar pada hari itu, serta rekan dosen yang mengajar satu tim dengan penulis pada hari selasa  pun mengantikan penulis mengajar pada hari itu, dan tim panitia kegiatan Jurnal Fakultas yang akan diadakan pada Sabtu 23 September 2017 pun bekerja dengan penuh semangat dan tanggung jawab meskipun penulis hanya bisa berdiskusi lewat grup whats’app. Semoga Alloh membalas semua kebaikan yang diberikan kepada keluarga dan penulis. Penulis hanya bisa menangis menerima kebaikan dari semuanya.
Saat dirawat di Rumah Sakit, Bapak berada dalam satu ruangan bersama pasien lain yang juga sakit, pasien tersebut sudah tua, dan yang menjaganya pun sudah tua yaitu istrinya, sungguh saya sedih melihatnya, beliau memiliki lima anak perempuan bahkan satu orang menikah dengan orang Australia dan sudah menjadi WNA disana, 4 orang lagi sudah sukses memiliki pekerjaan, dan selama di rawat pasien tersebut hanya dikunjungi 2 anak perempuannya di malam hari dan pagi hari serta cucunya, dan itu hanya sekali tidak menginap dikarenakan pekerjaan. Yang membuat sedih lagi ibu yang menjaga juga sedang sakit, penulis hanya bisa menghibur ibu tersebut sambil menjaga Bapak penulis di RS. Satu kali pasien sebelah penulis jatuh di malam hari dan kami bantu bersama istri beliau serta perawat untuk bangun kembali, semoga semua diberi sehat kembali. Kami yang berbeda agama berdampingan tetap rukun disana, Bapak penulis yang selalu ingat untuk sholat selalu dibimbing 5 hari sekali dengan bertayamum dan sholat sambil duduk dan berbaring, dan pasien disamping sambil mendengarkan lantunan musik yang diputar oleh istrinya. Hubungan kami baik dan saling menjaga, namun penulis dan Bapak pulang terlebih dahulu hari Selasa 19 September 2017, sementara pasien yang ada di samping kami masih disana. Inilah fenomena saat ini, saat pekerjaan membuat kita sulit untuk memilih, saat pekerjaan membuat kita sulit untuk mengambil keputusan. semoga Alloh menjadikan kita mudah untuk menjadi pekerja yang baik serta anak yang berbakti kepada kedua orang tua, penulis selalu yakin insyaAlloh jika kita mengutamakan orang tua, maka apapun yang kita minta berupa kesuksesan, keberhasilan, kemudahan, maka Alloh kabulkan insyaAlloh termasuk kesuksesan institusi tempat kita bekerja… Mohon do’anya agar Bapak penulis diberi kesembuhan seperti sedia kala… aamiin… Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan, semoga kita selalu dalam keadaan sehat wal ‘aafiyat dan menjadi pribadi-pribadi yang bermanfaat untuk sesama.
Citeureup, 20 September 2017


R. Ahmad Zaky El Islami

Tidak ada komentar: