Berbagi Pengalaman Jilid 2: Menjadi Guru Semasa Kuliah

Saat itu pengumuman diterimanya penulis di program studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah tahu anaknya kini kuliah di jurusan keguruan, bapak penulis yang bertindak sebagai kepala SD pada tahun 2006, ingin sekali menjadikan penulis menjadi seorang guru honorer di SD tempat bapak mengajar. Saat itu bulan Juli tahun 2006, beliau memasukkan penulis menjadi seorang guru Pendidikan Agama Islam kelas 1, 2 dan 3. Sungguh saat itu penulis menolak untuk mengajar, karena penulis merasa terlalu cepat penulis menjadi seorang guru, masih takut dan sepertinya belum ada diantara teman-teman penulis yang mengajar setelah lulus dari SLTA saat itu, di samping itu pula perkuliahan pun belum dimulai sehingga saat itu masih masa transisi, karena perkuliahan dimulai pada September 2006. Dengan penuh antusias Bapak ingin sekali penulis menjadi seorang guru, dan akhirnya apa daya seorang anak, menurut juga keinginan dari Bapaknya. Kuliah di Ciputat, sedangkan mengajar SD di Bogor.  Ini akan menjadi pekerjaan yang berat, entah apa yang dipikirkan oleh Bapak saat itu meminta penulis menjadi seorang guru honorer SD di daerah bogor dengan ongkos perjalanan pulang-pergi rute Bogor-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar Rp. 22.000, sedangkan mengajar dijadwalkan sehari dalam seminggu yaitu pada hari Rabu dari pagi hingga siang hari. Otomatis selama sebulan pengeluaran untuk ongkos saja sebesar Rp. 88.000 dengan gaji sebesar 125.000/bulan untuk mengajar 3 kelas tersebut. Jika dihitung, maka sisanya adalah Rp. 47.000/bulan. Dengan melihat pengeluaran sehari-hari penulis saat itu satu minggunya bisa sebesar Rp. 100.000-Rp.150.000. Saat itu masih berumur 17 tahun menuju 18 tahun belum terpikir dibenak penulis bahwa semua biaya kuliah maupun biaya sehari-hari membutuhkan uang, sehingga menjalani pekerjaan ini dengan biasa saja seperti sedang sekolah atau kuliah tanpa memikirkan besaran gaji yang diterima. Hal ini juga tidak lepas dari peran orang tua yang memberikan harapan-harapan baik kepada penulis. Selama menjalani semuanya penulis hanya dapat bertanya-tanya entah apa yang dipikirkan orang tua saat itu, yang pasti penulis hanya mengikuti saja apa yang mereka rencanakan dengan ini semua. Selama satu tahun mengajar mata pelajaran PAI, hari pertama mengajar sungguh sangat bergetar tegang berbicara di depan anak SD kelas 1, 2 dan 3. Walaupun demikian penulis tetap menjalaninya, tentunya penulis hanya bisa melakukan apa yang penulis bisa selama satu tahun tersebut. Seiring perjalanan selama satu tahun akhirnya penulis merasakan sebuah perbedaan antara hari pertama dengan hari-hari lainnya ketika harus mengajar. Subhaanalloh terasa perbedaannya ketika harus menjadi seorang guru setelah beberapa waktu sejak juli 2006 itu, penulis merasakan sebuah kepercayaan diri untuk mengajar, mungkin ini yang diinginkan Bapak saat itu, agar penulis memiliki jiwa guru sejak lulus SLTA tanpa memikirkan berapa gaji yang diterima, berapa waktu yang dikorbankan untuk mengajar dibandingkan untuk bermain bersama teman-teman, bahkan sempat mengobrol dengan seorang teman, kemudian ia berkata: “uang sebesar itu bisa digunakan untuk apa?” sambil dengan suara lembutnya bertanya dengan penuh rasa kasihan mungkin atau entah apa yang dipikirkan teman penulis, dan penulis hanya bisa tersenyum, hehe. Tahun kedua yaitu semester 3 diberikan tugas untuk mengajar IPA pada kelas 5 dan 6, serta menjadi guru ektrakulikuler MIPA Club. Disana penulis mengajarkan kepada para siswa tentang bagaimana menumbuhkan tanaman kurma hidroponik, juga melatih siswa untuk mengikuti lomba matematika antarSD di kecamatan walaupun tidak menang. Semenjak lulus SLTA penulis memang senang menanam pohon kurma hingga puluhan biji, dan saat ini hanya satu pohon yang tumbuh besar di depan rumah penulis yang sudah berumur sekitar 7 tahun sejak 2006. Dengan kebiasaan mengajar sambil kuliah tersebut kini mental penulis menjadi semakin berkembang. Akhirnya Bapak pun diangkat menjadi penilik saat itu, dan pindah tugas dari SD. Penulis pun ikut berhenti mengajar dari sana karena penulis pun merasa sudah cukup mengajar selama 1,5 tahun disana dan ingin fokus kembali ke Ciputat. Bapak pun mengijinkan, dan pada semester 4 penulis pun menjadi mahasiswa kembali di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanpa harus pulang pergi untuk mengajar di Bogor setiap minggunya. Pada semester 5 mulailah penulis mengajar kembali setelah ditawari oleh teman pada sebuah bimbingan belajar dengan mengajar privat IPA SMP, saat itu penulis mendapatkan gaji sebesar 120 ribu setiap bulannya dengan mengajar sebanyak 3 kali setiap bulannya. Menjalani selama beberapa waktu kemudian penulis mendapatkan kembali tawaran dari sebuah lembaga privat dengan dikenalkan oleh teman untuk mengajar privat MIPA SMA, kemudian penulis pun mengambilnya, syukur alhamdulillah saat itu gaji yang diberikan lebih besar yaitu sebesar 400 ribu selama satu bulan dengan mengajar sebanyak 8 kali setiap bulannya. Tidak lama kemudian, seorang kakak kelas memberikan tawaran kembali untuk mengajar privat matematika SD dengan gaji sebesar 320 ribu rupiah selama satu bulan dengan mengajar sebanyak 8 kali setiap bulannya. Dengan penuhnya jadwal mengajar ke beberapa tempat yang cukup memakan waktu akhirnya penulis meminta izin kepada kedua orang tua untuk membawa motor. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya penulis sejak semester 5 membawa motor ke kampus dan tempat-tempat mengajar setelah kurang lebih satu tahun menggunakan sepeda dan satu tahun sisanya berjalan kaki. Dengan demikian gaji penulis pada semester 5 kurang lebih sebesar Rp. 840.000 setiap bulannya. Walaupun tidak penuh selama satu tahun bagi penulis saat itu sudah alhamdulillah, karena penulis memulai karir dengan gaji sebesar 125 ribu rupiah sebulan bahkan bersihnya sebesar 47 ribu perbulan. Alhamdulillah, ini sangat cukup untuk menambah uang saku penulis. Pada semester 6 akhir, penulis memilih untuk rehat sejenak dari aktivitas mengajar, karena harus PKL ke Bioteknologi LIPI di Cibinong dekat rumah selama kurang lebih 2 bulan. Setelah semester 7 penulis kembali ke ciputat dan melanjutkan kuliah. Pada semester 7 penulis mulai melamar kembali ke tempat mengajar yang berbeda, karena penulis saat itu sangat ingin menimba pengalaman yang banyak dengan masuk ke beberapa bimbingan belajar. Selama kurang lebih 3 bulan penulis pun menjadi pengajar MIPA SD dan SMP di sebuah bimbel dengan gaji sebesar 140 ribu perbulan dengan mengajar sebanyak 3 kali selama satu bulan. Setelah habis kontrak selama 3 bulan tersebut. Pada semester 8 penulis memilih fokus untuk PPKT di SMA selama kurang lebih 4 bulan dan fokus pada skripsi. Dengan kekuatan dan do’a, akhirnya Alhamdulillah penulis lulus selama 4 tahun tepat menyelesaikan PPKT di Jakarta dan penelitian skripsi di Bogor. Semua ini berkat tahun 2006-2008 ketika harus membiasakan diri untuk mengajar di Bogor dan kuliah di Ciputat, dengan kerja keras dan pembiasaan untuk bekerja keras serta do’a orang tua akhirnya penulis dinyatakan lulus sidang skripsi pada juli 2010, Alhamdulillah.. Terima kasih Bapak, akhirnya penulis tahu apa alasan bapak menginginkan sekali anaknya mengajar saat tahun 2006-2008 yang lalu yaitu membentuk karakter menjadi seorang pekerja keras. Tulisan ini semata-mata hanya ingin berbagi pengalaman bahwa tidak ada sebuah pencapaian tanpa sebuah pengorbanan dan perjuangan, semoga bisa memberikan motivasi dan manfaat untuk pembaca.




Tidak ada komentar: