Di masa lampau sering kita dengar bagaimana nasib sang pahlawan tanpa tanda jasa yang kesulitan untuk mendapatkan sesuap nasi dan lauk yang cukup untuk sehari-hari. Itu tiada lain karena gaji dari seorang guru tak dapat dijadikan sebuah modal untuk mencukupi nasib mereka. Sering kita gambarkan guru sebagai seorang pak Umar Bakri yang selalu menggunakan sepedanya untuk pergi mengajar, yang memiliki sedikit penghasilan, jauh jika dibandingkan pengorbanannya dalam mengajar baik dari segi waktu maupun tenaga dan pikirannya.
Beruntung zaman demi zaman ternyata pemerintah mulai menyadari betapa guru itu harus diberikan penghasilan yang lebih layak, karena guru sebagai pembangun seorang pembangun yang akan membangun bangsa ini lebih maju kedepannya dengan menciptakan manusia baru yang berkualitas. Pemerintah sekarang akhirnya lebih memperhatikan berbagai aspirasi dari para guru yang pernah kita lihat beberapa tahun silam, di depan gedung DPR demi memperjuangkan kesejahteraan yang layak. Dalam menghidupi keluarganya.
Dengan terus berjalannya waktu, kini guru tidak mengalami kekurangan yang begitu besar lagi seperti pada zamannya dulu,walau masih ada di daerah-daerah tertentu yang mungkin guru masih tidak dapat merasakan cukupnya kebutuhan yang diperlukannya, hal itu mungkin di daerah pedalaman ataupun pulau–pulau yang jauh dari ibukota propinsi.
Jika kita melihat di kota-kota besar seperti DKI Jakarta betapa seorang guru yang mungkin sudah jadi PNS ataupun yang belum berstatus PNS hidupnya cukup senang bahkan gaji yang diterima rata-rata mencapai 2 - 8 juta jika mengajar di sekolah-sekolah unggulan, betapa enaknya guru di ibukota tersebut, namun tidak sedikit pula mungkin yang masih mendapatkan gaji kurang dari 1 juta di daerah ibukota tersebut, hal ini mungkin karena guru tersebut masih menjadi tenaga honorer yang rata-rata gajinya hanya 200-500 ribu tiap bulannya. Tetapi jika dibandingkan lagi dengan guru-guru honorer di perkampungan-perkampungan yang hanya mendapat gaji kurang lebih 50.000 hingga 200.000 tiap bulannya mereka lebih beruntung.
Untuk mengatasi perbedaan penghasilan ini pemerintah sekarang cukup lugas dalam menghadapinya. Sebagaimana kita tahu beberapa tahun terakhir ini pemerintah telah mengupayakan berbagai program untuk menjamin kesejahteraan guru, baik di kota atau pun di daerah-daerah terpencil, baik itu dengan pengangkatan secara otomatis menjadi PNS bagi GBS yang telah mengikuti ujian ketika mereka masih menjadi tenaga honorer atau guru sukwan (suka relawan), lalu dialanjutkan dengan pengangkatan guru honorer menjadi guru honorer daerah serta diangkatnya guru Honda (honor daerah) menjadi guru bantu sekolah (GBS). Hal ini sangat brilian, program yang dilakukan pemerintahan SBY untuk memeratakan kesejahteraan guru, dan nampaknya mulai dapat di rasakan efek positifnya oleh para pahlawan tanpa tanda jasa ini, apalagi sekarang ini yang terbaru sedang gencar-gencarnya PEMDA masing-masing daerah menjalankan satu lagi program pemerintah dalam mensejahterakan guru yaitu sertifikasi guru, yaitu suatu program yang tujuannya mendapatkan serta menyeleksi guru-guru yang telah lama mendedikasikan dirinya untuk pendidikan agar menjadi guru yang berkompeten dan berkualitas, dengan berbagai tes yang dilakukan badan sertifikasi yang telah ditunjuk badan pendidikan sebagai penyeleksi semisal Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atau pun Universitas Negeri Jakarta.
Langkah ini telah mendapat hasil, walaupun dari persentase yang didapat, contohnya daerah Ibukota Jakarta masih 25% yang lulus dari tes sertifikasi terbaru. Dan bagi yang lulus, mereka lebih beruntung karena kesejahteraannya meningkat sampai mendapat 1 kali gaji pokok bagi PNS dan bagi bukan PNS pun mendapat penghasilan yang lebih daripada guru-guru yang belum mendapatkan sertifikat sertifikasi. Dan bagi yang belum lulus diberikan binaan serta pelatihan agar dapat menjadi guru professional.
Langkah ini tidak hanya dilaksanakan di kota-kota besar saja bahkan sampai keseluruh Indonesia program sertifikasi ini telah direalisasikan.
Mungkin inilah zaman kelayakan hidup guru, walaupun memang harus memulai langkah dari hal yang paling kecil menjadi guru honor, guru honor daerah, guru bantu sekolah, barulah guru PNS. Namun jangan dilupakan juga bahwa kebutuhan di negeri kita pun semakin mahal, dan mungkin gaji para guru PNS lah yang masih dapat hidup layak. Sedangkan guru-guru honorer dan seterusnya masih dalam kehidupan yang mungkin bisa dikatakan kurang. Mungkin itulah guru harus mengawali hidupnya dari posisi pak Umar Bakri dengan tetap memiliki dedikasi dan kesetiaan pada pendidikan yang takkan pernah pudar dan harus terus berlanjut sampai negeri ini menjadi bangsa yang besar, mudah-mudahan. Tapi andaikata guru itu kreatif, tentu mereka dapat kerja sambilan selain mengajar semisal berbisnis tentu itu lebih memberikan penghasilan guru yang lebih baik.
Dan sekarang guru pun harus bersyukur karena langkah-langkah yang dilakukan pemerintah SBY cukuplah positif bagi kesejahteraan guru di masa yang akan datang mungkin dalam waktu tiga tahun dari sekarang guru honor sekarang dan GBS telah menjadi PNS dan hidup secara layak, tanpa mengurangi dedikasi dan loyalitasnya dalam mendidik putera-puteri Indonesia, terima kasih guru jasamu takkan kulupa dan takkan kujadikan penghasilanmu sebagai ukuran statusmu yang selalu berada diatas segala kekuasaan karena engkau adalah pembangun dari seorang pembangun. Teruslah ukir keilmuanmu dan teruslah ukir produk-produkmu yaitu para orang besar yang telah engkau ajarkan mereka membaca, menulis serta berhitung. Bahkan menjadikan mereka pintar berpidato mengumandangkan segala yang kau ajarkan. Sekali lagi terima kasih guru.
Ditulis saat semester III
Beruntung zaman demi zaman ternyata pemerintah mulai menyadari betapa guru itu harus diberikan penghasilan yang lebih layak, karena guru sebagai pembangun seorang pembangun yang akan membangun bangsa ini lebih maju kedepannya dengan menciptakan manusia baru yang berkualitas. Pemerintah sekarang akhirnya lebih memperhatikan berbagai aspirasi dari para guru yang pernah kita lihat beberapa tahun silam, di depan gedung DPR demi memperjuangkan kesejahteraan yang layak. Dalam menghidupi keluarganya.
Dengan terus berjalannya waktu, kini guru tidak mengalami kekurangan yang begitu besar lagi seperti pada zamannya dulu,walau masih ada di daerah-daerah tertentu yang mungkin guru masih tidak dapat merasakan cukupnya kebutuhan yang diperlukannya, hal itu mungkin di daerah pedalaman ataupun pulau–pulau yang jauh dari ibukota propinsi.
Jika kita melihat di kota-kota besar seperti DKI Jakarta betapa seorang guru yang mungkin sudah jadi PNS ataupun yang belum berstatus PNS hidupnya cukup senang bahkan gaji yang diterima rata-rata mencapai 2 - 8 juta jika mengajar di sekolah-sekolah unggulan, betapa enaknya guru di ibukota tersebut, namun tidak sedikit pula mungkin yang masih mendapatkan gaji kurang dari 1 juta di daerah ibukota tersebut, hal ini mungkin karena guru tersebut masih menjadi tenaga honorer yang rata-rata gajinya hanya 200-500 ribu tiap bulannya. Tetapi jika dibandingkan lagi dengan guru-guru honorer di perkampungan-perkampungan yang hanya mendapat gaji kurang lebih 50.000 hingga 200.000 tiap bulannya mereka lebih beruntung.
Untuk mengatasi perbedaan penghasilan ini pemerintah sekarang cukup lugas dalam menghadapinya. Sebagaimana kita tahu beberapa tahun terakhir ini pemerintah telah mengupayakan berbagai program untuk menjamin kesejahteraan guru, baik di kota atau pun di daerah-daerah terpencil, baik itu dengan pengangkatan secara otomatis menjadi PNS bagi GBS yang telah mengikuti ujian ketika mereka masih menjadi tenaga honorer atau guru sukwan (suka relawan), lalu dialanjutkan dengan pengangkatan guru honorer menjadi guru honorer daerah serta diangkatnya guru Honda (honor daerah) menjadi guru bantu sekolah (GBS). Hal ini sangat brilian, program yang dilakukan pemerintahan SBY untuk memeratakan kesejahteraan guru, dan nampaknya mulai dapat di rasakan efek positifnya oleh para pahlawan tanpa tanda jasa ini, apalagi sekarang ini yang terbaru sedang gencar-gencarnya PEMDA masing-masing daerah menjalankan satu lagi program pemerintah dalam mensejahterakan guru yaitu sertifikasi guru, yaitu suatu program yang tujuannya mendapatkan serta menyeleksi guru-guru yang telah lama mendedikasikan dirinya untuk pendidikan agar menjadi guru yang berkompeten dan berkualitas, dengan berbagai tes yang dilakukan badan sertifikasi yang telah ditunjuk badan pendidikan sebagai penyeleksi semisal Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atau pun Universitas Negeri Jakarta.
Langkah ini telah mendapat hasil, walaupun dari persentase yang didapat, contohnya daerah Ibukota Jakarta masih 25% yang lulus dari tes sertifikasi terbaru. Dan bagi yang lulus, mereka lebih beruntung karena kesejahteraannya meningkat sampai mendapat 1 kali gaji pokok bagi PNS dan bagi bukan PNS pun mendapat penghasilan yang lebih daripada guru-guru yang belum mendapatkan sertifikat sertifikasi. Dan bagi yang belum lulus diberikan binaan serta pelatihan agar dapat menjadi guru professional.
Langkah ini tidak hanya dilaksanakan di kota-kota besar saja bahkan sampai keseluruh Indonesia program sertifikasi ini telah direalisasikan.
Mungkin inilah zaman kelayakan hidup guru, walaupun memang harus memulai langkah dari hal yang paling kecil menjadi guru honor, guru honor daerah, guru bantu sekolah, barulah guru PNS. Namun jangan dilupakan juga bahwa kebutuhan di negeri kita pun semakin mahal, dan mungkin gaji para guru PNS lah yang masih dapat hidup layak. Sedangkan guru-guru honorer dan seterusnya masih dalam kehidupan yang mungkin bisa dikatakan kurang. Mungkin itulah guru harus mengawali hidupnya dari posisi pak Umar Bakri dengan tetap memiliki dedikasi dan kesetiaan pada pendidikan yang takkan pernah pudar dan harus terus berlanjut sampai negeri ini menjadi bangsa yang besar, mudah-mudahan. Tapi andaikata guru itu kreatif, tentu mereka dapat kerja sambilan selain mengajar semisal berbisnis tentu itu lebih memberikan penghasilan guru yang lebih baik.
Dan sekarang guru pun harus bersyukur karena langkah-langkah yang dilakukan pemerintah SBY cukuplah positif bagi kesejahteraan guru di masa yang akan datang mungkin dalam waktu tiga tahun dari sekarang guru honor sekarang dan GBS telah menjadi PNS dan hidup secara layak, tanpa mengurangi dedikasi dan loyalitasnya dalam mendidik putera-puteri Indonesia, terima kasih guru jasamu takkan kulupa dan takkan kujadikan penghasilanmu sebagai ukuran statusmu yang selalu berada diatas segala kekuasaan karena engkau adalah pembangun dari seorang pembangun. Teruslah ukir keilmuanmu dan teruslah ukir produk-produkmu yaitu para orang besar yang telah engkau ajarkan mereka membaca, menulis serta berhitung. Bahkan menjadikan mereka pintar berpidato mengumandangkan segala yang kau ajarkan. Sekali lagi terima kasih guru.
Ditulis saat semester III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar